”Tidak semua kesalahan perlu kita
sesali. Ada
kesalahan yang bahkan patut kita syukuri.”
No body’s perfect. Kita semua sudah sejak lama memahami
kalimat itu. Tak ada seorang pun yang sempurna. Makanya, setiap orang boleh
melakukan kesalahan. Namun. Kenyataannya kita tidak selalu dapat menerima
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Makanya, ketika orang lain melakukan
kesalahan; kita dengan mudahnya memberikan penilaian buruk kepada mereka.
Padahal, jika kita melakukan kesalahan; bukankah kita menginginkan kesempatan
kedua?
Tanpa dinyana, seseorang yang dikenal sebagai pribadi yang
tidak pernah salah kemudian diketahui melakukan kesalahan sama seperti ketika
beliau mengkritik sebelumnya. Jika dulu beliau yang menghujat orang lain karena
kesalahan yang mereka lakukan. Sekarang, giliran beliau mendapatkan hujatan
dari orang lain. Apakah ini karma? Bukan. Ini adalah isyarat bahwa siapapun
bisa saja tergelincir untuk melakukan suatu kesalahan. Makanya, ketika melihat
orang lain melakukan kesalahan. Tidak sepatutnya kita merasa seolah-olah diri
kita serba bersih. Bahkan, ternyata dalam batas-batas tertentu, justru
kesalahan itu sangat penting bagi kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
belajar mengambil pelajaran dari kesalahan yang pernah kita buat, saya ajak
memulainya dengan menerapkan 5 prinsip berikut ini :
1.
Memahami orang lain.
Orang-orang yang merasa tidak
pernah melakukan kesalahan tidak dapat memahami, kenapa orang lain melakukan
kesalahan itu. Tidak jarang juga atasan yang ‘merasa dirinya sempurna’ tidak
bisa menerima ketika anak buahnya melakukan kesalahan. Padahal, melakukan
kesalahan merupakan suatu hal yang wajar. Dan, sudah menjadi tanggungjawab
atasan untuk membantu mereka melakukan perbaikan. Atasan yang tidak pernah
melakukan kesalahan tidak mudah memahami kenapa anak buahnya sampai melakukan
kesalahan. So, jika Anda pernah melakukan kesalahan dimasa lalu, tidak perlu
disesali. Karena hal itu bisa membantu meningkatkan kemampuan Anda untuk
memahami orang lain.
2.
Menghindari penghakiman.
Mudah sekali bagi kita yang tidak
pernah melakukan kesalahan untuk menghakimi orang lain. Coba perhatikan kalimat
ini; “Waktu saya masih di posisi kamu dulu, saya tidak pernah melakukan
kesalahan seperti itu.” Sounds familiar? Memang baik jika kita tidak pernah
melakukan kesalahan. Tetapi, apakah iya benar demikian? Kalau pun benar
demikian, bukanlah berarti kita berhak untuk menghakimi. Apalagi jika kesalahan
yang orang lain lakukan itu tidak ada sangkut pautnya dengan diri kita.
3.
Bijak dalam menegakkan aturan.
Tentu setiap peraturan dibuat
untuk dipatuhi dan ditegakkan. Namun, hal itu tidak berarti semua dilaksanakan
secara hitam putih. Bahkan seorang hakim pun tidak sembarangan menjatuhkan
hukuman. Termasuk aturan perusahaan. Ketika melihat seseorang melakukan
kesalahan, misalnya; kita tidak langsung serta merta menjatuhkan sanksi
terberat. Hal ini tidak mudah untuk dipahami oleh pemimpin yang belum pernah
melakukan kesalahan. Padahal, selalu ada kesempatan kedua untuk memperbaiki
keadaan. Jika Anda pernah melakukan kesalahan dimasa lalu, tenang saja.
Karena masih ada kesempatan untuk tetap menjadi pemimpin yang handal dimasa
depan.
4.
Sadar jika kita ini juga sama tidak sempurnanya.
Salah satu tipe orang yang membuat kita tidak
nyaman saat berhubungan adalah orang-orang yang merasa dirinya sendiri
sempurna. Jika kita tidak pernah melakukan kesalahan, kita sering menuntut
orang lain untuk melakukan segala sesuatunya secara sempurna. Orang lain menyebut
kita sebagai Mr. atau Mrs. Perfectionist. Padahal, kenyataannya tidak ada
manusia yang sempurna. Untuk menjadi pemimpin yang handal, kita tidak harus
menjadi serba sempurna kok. Jadi, tidak perlu menutupi kesalahan yang pernah
kita lakukan dimasa lalu. Akui saja, sambil terus berkomitmen untuk
memperbaikinya.
5.
Kesempurnaan bukan milik manusia.
Yang bisa kita dapatkan itu adalah
tingkatan ‘near perfection’. Nyaris sempurna. Bukan ‘sempurna’nya. Karena
kesempurnaan bukanlah milik manusia. Setiap kesalahan yang pernah kita lakukan
dimasa lalu adalah bukti bahwa kita ini manusia. Yang penting adalah, kita
menyadarinya dengan sepenuh hati. Lalu, melakukan tindakan-tindakan yang
seharusnya kita lakukan agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di masa-masa
mendatang. Dengan demikian, kita menjadikan setiap kesalahan sebagai poin
pembelajaran. Sambil pada saat yang sama mengakui, bahwa memang hanya Tuhan
yang memiliki kesempurnaan itu.
Banyak orang yang takut melakukan kesalahan. Hal itu
menjadikannya pribadi yang ragu-ragu dalam mengambil tindakan. Banyak juga
orang yang malu mengakui kesalahannya dimasa lalu. Hanya karena ingin agar
citra dirinya terlihat tetap bersih. Hal itu menjadikannya sebagai orang yang
ngeyel. Ndableg. Dan tidak mau mengakui kesalahannya sendiri. Untuk menjadi
pribadi yang terus berkembang, kita butuh keberanian untuk mengambil resiko
melakukan kesalahan. Dan ketika kesalahan itu terlanjur terjadi. Kita juga
butuh kebesaran hati untuk mengakuinya. Tanpa itu, kita tidak akan pernah bisa
bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Sumber : http://harianking.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar