Rabu, 28 Maret 2012

Hellen Keller


 Seorang  Buta dan Tuli yang Sudah Menginspirasi Dunia

 Kemauwan  kerasnya tak saja menggilani para penderita cacat. Melalui tulisan-tulisanya ia mengubah persepsi kita tentang”orang cacat” dan memetakan kembali batas-batas penglihatan dan pancaindra. Bahasa telah mengubah dunianya yang gelap dan sunyi. Bahasa pula yang membuat kita bisa melihat dan mendengar apa yang disampaikanya.

Hellen Adam Keller lahir sebagai anak yang sehat di Tuscumbia,Alabama, Amerika serikat pada 27 Juni 1880 disuatu tempat yang dikenal dengan nama “Ivy Green”. Dari ayahnya, ia merupakan keturunan Alexander Spottswood seorang gubernur colonial dari Virginia yang juga memiliki hubungan dengan keluarg-keluarga pahlawan Utara Amerika. Dari ibunya, ia memiliki hubungan darah dengan keluarga-keluarga new England termasuk Hales, Everetts dan Adamses. Ayahnya bernama Kapten Arthur Keller, seorang editor surat kabar North Alabamian. Kapten Arthur Keller juga memiliki ketertarikan yang kuat kepada kehidupan public dan merupakan orang yang berpengaruh dilingkungannya. Pada tahun 1885 dibawah administrasi Cleveland, ia diangkat menjadi Marshal untuk Alabama Utara.
Helen adalah seorang anak yang normal dan sehat hingga pada suatu hari ketika berusia 19 bulan ia menderita demam tinggi. Keluarganya mengira ia akan meninggal, namun akhirnya demamnya turun dan ia sehat kembali. Mula-mula ia nampak baik-baik saja hingga ibunya mendapati bahwa ia tidak dapat mendengar dan melihat.

Ketika dia beranjak besar, dia mulai belajar melakukan hal-hal kecil. Tetapi dalam kondisi seperti dirinya, helen keller selalu menyadari bahwa dia telah kehilangan sesuatu.”kadang-kadang,” tulisanya kemudian,” Aku berdiri di antara dua orang yang sedang bercakap-cakap dan menyentuh bibir mereka. Aku tidak mengerti dan merasa jengkel. Aku menggerakan bibirku dan menggerakan tangan dengan kalut dan tanpa hasil. Saat seperti itu selalu membuatku sangat marah, hingga aku menendang-nendang dan menjerit-jerit sampai puas,” Akibat dari ketidakmampuanya menunagkan perasaan, Helen keller memang menjadi seorang anak yang liar.

Beruntung keluarga Keller berjumpa dengan Alexander Graham Bell (penemu telepon) yang memperkenalkan mereka dengan Anne Sullivan. Anne pernah buta namun setelah menjalani dua kali operasi mata dapat melihat kembali walaupun penglihatannya tidak sepenuhnya normal. Anne mengerti  perasaan Helen.

Namun anne Mansfield Sullivan dari Institut Perkins untuk Tunanetra yang selanjutnya bukan saja menjadi guru tetapi sahabat bagi helen keller -  memulai pendidikan khusus membaca dan menulis baginya.

Anne mengajarkan huruf-huruf abjad kepada Helen, kemudian ia mengeja kata-kata dengan menuliskan huruf-huruf di telapak tangan Helen. Helen tidak mengerti arti kata-kata yang diejakan oleh Anne kepadanya, hingga pada suatu hari Anne membawanya ke sebuah pompa air. Ia mengalirkan air ke tangan Helen dan kemudian mengeja W-A-T-E-R di telapak tangannya. Helen memahami bahwa W-A-T-E-R adalah air yang mengalir di tangannya. Semangatnya bangkit. Dalam perjalanan pulang Helen menyentuh semua benda yang ditemuinya dan meminta Anne mengeja nama benda-benda itu. Dalam waktu yang singkat itu ia telah mengenal 30 kata baru.  Ia juga menanyakan nama Anne  yang dijawab Anne dengan mengeja  “T-E-A-C-H-E-R”.

Suatu hari ia dan “guru”-panggilan Helen untuk Sullivan- pergi ke tempat sumur pompa terbuka. Nona Sullivan mulai memompakan air dan menaruh tangan Helen dibawah keran air tersebut. Begitu air menyentuh tangan Helen, ia mencoba untuk mengeja secara perlahan kata ‘w-a-t-e-r (air) melalui tangan helen yang satunya kemudian semakin cepat. Tiba-tiba, sinyal itu dapat dimengerti oleh pikiran Helen. Ia akhirnya tahu bahwa water (air) adalah zat dingin luar biasa yang mengalir ditangannya. Setelah ia mengerti, ia berhenti dan menyentuh tanah dan menanyakan ejaan untuknya. Pada saat malam tiba, ia sudah mempelajari 30 kata-kata baru

Helen kemudian mempelajari huruf Braille. Ia belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin melalui huruf Braille.

Ia juga belajar berbicara. Anne dengan tekun mengajari Helen berbicara dengan mengenali gerakan  bibir. Helen “mendengar” dengan meletakkan jarinya di bibir  orang yang berbicara dengannya. Ia menirukan gerakan bibir yang dirasakannya sehingga dapat berbicara.

Di tahun 1890, ketika umurnya masih 10 tahun, ia mencoba untuk belajar berbicara. Entah bagaimana ia mengetahui bahwa seorang gadis buta tuli di Norway sudah dapat berbicara dengan baik. Nona Sarah Fuller di Horace Mann School merupakan orang pertama yang menjadi guru vokal untuknya.
Sejak ia masih kecil, ia selalu berkata suatu hari saya akan masuk perguruan tinggi dan akhirnya ia membuktikannya. Pada tahun 1898, ia berhasil masuk ke Cambrige school for young ladies sebelum akhirnya ia masuk ke Radcliffe College pada musin gugur 1900 dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1904 dengan prestasi Cumlaude. Selama tahun-tahun berikutnya sampai ia meninggal di tahun 1936, Anne Sullivan selalu berada disampingnya, terus menerus mengeja buku demi buku, ceramah demi ceramah melalui tangan Helen.
Pendidikan formalnya berakhir sewaktu ia menerima gelar Sarjana Muda, namun selama hidupnya ia selalu belajar secara informal hal-hal yang penting bagi masyarakat moderen. Dengan pengetahuannya yang luas serta banyaknya pencapaian dibidang pendidikan, ia dianugerahkan gelar doktor kehormatan dari temple university dan harvard university seta dari universitas Glasgow di Skotlandia; Berlin, Jerman; Delhi, India; dan Witwatersran di Johannesburg Afrika Selatan. Ia juga merupakan peserta kehormatan untuk education institute di Scotland.
Pada tahun 1905, Anne Sullivan menikah dengan John Macy,seorang kritikus dan sosialis terkemuka. Pernikahan tersebut tidak merubah hubungan guru dan murid tersebut. Helen akhirnya tinggal bersama Anne dan suaminya. Keduanya terus memberikan waktu untuk pendidikan dan aktifitas Helen. Selama masih berstatus murid di Radcliffe, Helen memulai karir menulis yang kemudian ditekuninya selama hampir 50 tahun. Pada tahun 1903, The story of My Llife (kisah hidupku) muncul dalam bentuk cerita bersambung di Ladies Home Journal dan kemudian muncul dalam bentuk buku. Merupakan karya yang paling populer dan telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa termasuk Marathi, Pusthu, Tagalog dan Vedu. Juga dibuat dalam bentuk edisi buku tipis di Amerika Serikat. Publikasinya yang lain adalah : Optimis; An Essay; The World I Live In; The song of the stone wall; Out of the Dark; My Religion; Midstream- my later life; Peace at eventide; Helen Keller in Scotland; Helen Keller Journal; Let us have faith; Teacher, Anne Sullivan Macy dan the open door.

Kiprah Keller dalam membantu kaum tnanetra begitu banyak. Ia aktif di komisi Massachusett untuk Tunanetra. Sepanjang hidupnya ia juga bekerja mengumpulkan dana bagi yayasan Tunanetra. Dia berpergian dan berceramah di berbagai negara, termasuk inggris, prancis, Italia, Mesir, Afrika selatan, Australia, Dan Jepang.

Tidak hanya bergerak di lapangan kaum tunanetra, Helen Keller juga di kenal sebagai seorang pendukung gerakan pasifis dan aktif dalam gerakan sosialis, sehingga sempat tercatat dalam arsip FBI semasa J. Edgar Hoover. Setelah perang Dunia 2 dia mengunjungi veteran-veteran yang terluka di rumah-rumah sakit Amerika dan Berceramah di eropa dalam kaitan dengan soal cacat fisik.
 
Namun orang-orang yang mengira Helen Keller yang memperhatikan kaum tunanetra akan terkejut akan dimensi pandanganya yang lebih luas.”Apa yang kulakukan bagi orang-orang tunanetra,”tulisanya,” Tak heran bila dia juga di kenal sebagai aktivis persamaan ras dan seksual yang tangguh. Dia bahkan bisa berkata ketus akan ketimpangan relasi lelaki dan perempuan.” Ku pikir tuhan menciptakan perempuan bodoh agar bisa menjadi pasangan yang cocok bagi laki-laki,” Katanya.
 
Helen keller hidup 32 tahun lebih lama dari pada guru inspirator utamanya, Anne Sulliva. Kini dia telah mejadi ilham bagi banyak orang, tidak hanya yang cacat tetapi juga yang normal. Kisah hidupnya telah di angkat ke panggung dan layar, antara lain dalam The Unconquered (1954) dan The Miracle Worker (sebagai lakon pada 1959 dan sebagai film pada 1962).
 
Pesanya yang hingga kini tetap relavan adalah: “Kami seperti juga orang lain. Kami berusaha menjalani kehidupan spenuh-penuhnya seperti orang – orang yang bisa melihat. Dan tentu saja, untuk menjadi diri kami sendiri.”

Helen Keller bisa membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak bisa mengekang manusia untuk sukses, selama ada keyakinan diri, kerja keras dan semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar