Senin, 14 Januari 2013

Pukul Dua Dini Hari


#13HariNgeblogFF

            Natalie duduk ditepi kasur beralaskan seprai berwarna merah. Di kamar yang tidak berapa besar ia termenung,pakaian tidurnya yang tipis dan bewarna biru basah oleh keringat, rambutnya yang sedikit lebih panjang dibawah bahu berantakan, napasnya terdengar agak memburu.
            Dia masih merasakan kenikmatan setelah berhubungan intim dengan Alfin. Hal yang sudah tidak pernah lagi ia lakukan semenjak bercerai dengan suaminya tiga tahun silam. Natalie harus mengakui bahwa dirinya amat menikmati hubungan ini. Hubungan yang baru berusia lima  malam atau bahkan bisa dikatakan hanya berlangsung sekitar dua jam saja tiap pertemuan. Dan harusnya iapun tidak perlu menyesali apapun andai saja Alfin bukan adik iparnya sendiri.
            Peristiwa ini berawal dari lima yang lalu pukul dua dini hari. Ia terbangun dan ingin mengambil air minum.  Namun ketika dia melewati ruang televise ada Alfin yang sedang menonton film entah apa, matanyapun terlihat kosong meskipun menatap kearah layar kaca. Natalie memberikan senyum tipis kepada Alfin yang dibalas senyum dengan tambahan anggukan ringan.
            Natalie memang menyadari bahwa Nikita adiknya tidak salah memilih suami yang selain tampan juga termasuk sukses jika dibandingkan dengan pria lain seumuannya. Ia menunda niatnya untuk mengambil minum dan duduk di sofa yang berlainan dengan tempat Alfin.
            Walaupun sebagai ipar tidak dapat dikatakan akrab, sebagai dua orang yang sudah dewasa mereka tentu tahu caranya bebasa basi. Namun mereka melupakan hal lain, bahwa dua orang dewasa yang tidak ada hubungan pernikahan apabila bejumpa dalam keadaan hening, tentulah menjadi cobaan yang amat besar bagi hawa nafsu mereka.
            Pakaian tidur tipis Natalie yang membuat siapapun laki-laki normal yang melihat pasti berfantasi liar, dilengkapi dengan tubuh Alfin yang bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek untuk tidur membuat mereka lebih terlena dan seolah sengaja mengalah dengan nafsu mereka sendiri.
            Sebenarnya Alfin bukanlah suami yang akan dengan mudah selingkuh dari istri. Meskipun sudah empat tahun berumah tangga dengan Nikita dan belum dikaruniai anak, itu bukanlah alasan bagi dia untuk selingkuh. Hanya saja sudah setahun belakangan ini hubungan Alfin dan istrinya tidak terlalu hangat. Berawal dari permintaan Alfin agar Nikita yang berkerja sebagai auditor untuk berhenti bekerja dan total menjadi ibu rumah tangga agar bisa mengurus suami lebih baik lagi. Namun Nikita adalah perempuan modern yang merasa bahwa jika hanya menjadi ibu rumah tangga ia tidak akan memiliki nilai dimata suami. Maka hubungan mereka semakin lama semakin renggang akan tetapi karena mereka ingin orang luar melihat bahwa pernikahan mereka baik-baik saja maka Alfin dan Nikita seperti memendam api dalam hati masing-masing. Dan sudah tiga bulan tidak berhubungan badan.
            Tapi adakah manusia yang dapat menahan nafsu terus menerus ? Nafsu adalah energi yang tidak bisa dihilangkan, sudah menjadi kodrat kita sebagai manusia. Maka pertemuan pada pukul dua dini hari dengan Natalie yang mengeakan pakaian tidur menggoda ditambah fakta bahwa Natalie sendiri adalah janda muda berusia akhir duapuluhan namun masih menjaga bentuk tubuh dengan baik maka bobolah pertahanan dan hilanglah logika dari Alfin.
            Berawal dari hanya saling bicara, tubuh mereka lambat laun mulai berdekatan, sentuhan lembut kedua tangan, dan akhirnya setelah bibir mereka berdua bertautan tidak ada lagi yang mereka pikirkan. Yang ada hanyalah pemikiran bagaimana cara mereka mengulangi kenikmatan tersebut di lain waktu. Tanpa perjanjian, hanya berdasarkan naluri dan keinginan saling memadu kasih meskpun tahu itu tidak benar, meeka mengulangi pebuatan yang menyakitkan hati Nikita tersebut selama lima hari berikutnya..
            Dan Natalie yang akhirnya berpikir keadaan tentang dirinya. Tentang suaminya yang ia ceraikan karena ketahuan berselingkuh dengan rekan bisnisnya. Ia sadar bahwa dulu ia mamaki perempuan yang meebut suaminya dengan sebutan wanita laknat. Dan harus menghadapi kenyataan bahwa saat ini ialah wanita laknat bagi adiknya. Niatnya yang ingin menginap selama satu bulan untuk sekedar mencai suasana baru tidak boleh ia teruskan. Ia berniat untuk pulang kerumahnya besok pagi juga.
            Dia tidak tahu apakah akan merindukan sentuhan dari Alfin atau sekedar membayangkan nikamatnya dipeluk oleh lelaki lain. Yang jelas mungkin dia harus mengenyahkan kebiasaan barunya yang muncul di rumah adiknya. Terbangun pada pukul dua dini hari.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar