Kita dianjurkan untuk belajar darimana saja dan dari siapa
saja. Nah cerita dibawah ini diambil dari timeline facebook (lupa akun aslinya)
mengenai kita yang suka napsu banget pengen menang debat sehingga seringkali
mempermalukan orang lain atau bahkan menjadi bermusuhan. Cerita mengenai Confusius
dan muridnya Yan Hui, silakan dinikmati ;)
Yan Hui adalah murid kesayangan
Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui
sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang.
Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8 =
23, kenapa kamu bilang 24?"
Yan Hui mendekati pembeli kain
dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".
Pembeli kain tidak senang lalu
menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau
minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak
mengatakan".
Yan Hui: "Baik, jika
Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau
Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang
salah, bagaimana?"
Yan Hui: "Kalau saya yang
salah, jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh,
lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya,
Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu
kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan
berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah,
diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.
Orang itu mengambil topi Yan Hui
dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi
hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia
tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan
keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum
berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah
urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat,
janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."
Yan Hui bilang baiklah lalu
berangkat pulang.
Di dalam perjalanan tiba2 angin
kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin
berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati
berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu.
Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut,
nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang?
Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur
istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan
ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang
lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat
mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh.
Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah
adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Yan Hui
kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa
yang akan terjadi?"
Confusius berkata: "Kemarin
hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru
mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan
amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".
Yan Hui berkata: "Guru,
perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."
Confusius bilang: "Aku tahu
kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi
dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah
dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si
pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu,
jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"
Yan Hui sadar akan kesalahannya
dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir
guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."
Sejak itu, kemanapun Confusius
pergi Yan Hui selalu mengikutinya.
Cerita ini mengingatkan kita :
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh
dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan
apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih
penting.
Banyak hal ada kadar kepentingannya.
Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya
malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu
dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua
orang.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang,
tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang,
tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi
sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi
sebenarnya kalah juga
Kemenangan bukanlah soal medali, tapi
terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di
dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar